Petani Tidak Khawatir Pupuk Bersubsidi Dicabut Total, Kurangi Pupuk Kimia 80 Persen Hasil Padi Lebih Dari 7 Ton

  • Posted on March 29, 2023
  • News
  • By Redaksi News
  • 263 Views

PONOROGO - Petugas Balai Penyuluh Pertanian melakukan ubinan, atau perkiraan hitung hasil panen padi di persawahan desa Pulung Merdiko, kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur. Dari hasil ubinan diketahui, hasil panen padi mencapai 7,8 ton per hektar. Hasil ini jauh lebih baik dari hasil panen sebelumnya yang hanya 7 ton per hektar.

Ubinan hasil panen ini dilakukan dilahan tanaman padi yang menggunakan pupuk organik cair dari kotoran sapi. Pada lahan yang dilakukan ubinan tersebut, sudah mengurangi pupuk kimia 80 persen dari sebelumnya. Justru tanaman padi lebih sehat, subur dan tidak terserang hama. Sedangkan, lahan milik petani lain di sekitarnya yang masih menggunakan pupuk kimia 100 persen, justru terserang potong leher.

“Harapan kami nanti untuk para petani di sekitar sini segera mendapat sosialisasi, khususnya dari BPP atau pendamping yang ada di wilayah desa Pulung Merdiko sini, dan juga tidak kalah pentingnya peran dari kelompok tani untuk mensosialisasikan hasil karya nya (pupuk cair organik) kepada khususnya petani anggota di dalam kelompok tani tersebut, dan umumnya kepada seluruh petani lainnya”, tutur Agung DH, koordinator BPP Pulung, Ponorogo.

Dengan penggunaan pupuk organik dan bahkan pengurangan penggunaan pupuk kimia hingga 80 persen, hasil panen mampu mencapai 7,8 per hektar, memecahkan rekor. Rata - rata hanya 7 ton per hektar, itupun dengan penggunaan 100 persen pupuk kimia.

“Bagi kelompok tani maupun kami yang konsisten dengan pertanian berkelanjutan, pertanian organik, dengan pengurangan pupuk kimia sejumlah tinggal 20 persennya dari rekomendasi itu sudah bagus”, ucap Suprapto, POPT BPP Pulung, Ponorogo.

Di sisi lain, lanjutnya, “pembelajaran bagi petani, itu adalah bagaimana menyikapi problem pupuk ini, mereka bisa mencari alternatif memproduksi pupuk organik padat, maupun pupuk organik cair”.

Petani pun bangga dengan hasil ini. Sebab, hasil panen padi meningkat. Sementara penggunaan pupuk kimia sudah berkurang 80 persen.

“Ini pengurangan pupuk sudah 80 persen. Tapi kalau memang orang biasa bertani mungkin belum bisa menekan itu. Karena memang itu istilahnya perawatannya harus mulai dari awal sebelum tanam, masa pembenihan, sebelum tanam, untuk tanah harus sudah di kocor, terus nanti setiap seminggu sekali selalu survey”, terang Prayitno, petani pemilik lahan, petani desa Pulung Merdiko.

“Hampir seimbang dengan penggunaan pupuk kimia sehat. Tapi sekarang kan penggunaan pupuk kimia yang sehat kan jarang, gitu lo, sulit. Soalnya rawan terserang hama. Dengan menggunakan pupuk organik itu lebih sehat. Dilihat warnanya pun kalau berjejer itu, woh jauh, bening kuning”, jelasnya.

Hasil melimpah dengan penggunaan pupuk organik menjadi solusi saat kesulitan pupuk. Bahkan, petani mengaku sudah tidak khawatir lagi jika pupuk bersubsidi dicabut total. Sebab mereka sudah membuat sendiri pupuk organik dari kotoran sapi, sebagai pengganti pupuk kimia. (*).



Author

Redaksi News

Redaksi madiun

You May Also Like